MARI BIJAK MENGGUNAKAN AIR

by - 05.34

Dari subuh menanti akhirnya yang dinanti tiba jam 8 pagi.

Semarang timur khususnya daerah Kedungmundu sedang mengalami krisis air. Kata tetangga sebelah rumah, sudah 5 hari air PDAM gak ngalir. Katanya sih sedang ada perbaikan. Selama adek ipar saya tinggal di sini (hampir 3 bulan kayaknya), PDAM sudah 2x (seingat saya) melakukan perbaikan yang berdampak air tidak mengalir sampai berhari2. Sangat disayangkan sekali.

Membeli air adalah satu2nya cara memenuhi kebutuhan air. Satu dirigen dihargai 2.500 rupiah. Hari ini saya membeli air 10 dirigen saja untuk memenuhi kebutuhan sehari2. Harga yang sangat mahal.

Selama di Jakarta, saya akui boros dalam pemakaian air. Mandi sehari bisa mpe 4x kalo Jakarta lagi panas2nya. Mencuci piring dengan aliran keran yang paling kencang supaya mesin pompanya gak bunyi cetek2 (karena gak ada tandon) dan supaya lebih irit listrik tentunya.

Ini pengalaman pertama saya mengalami krisis air. Gak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya akan mengalami kejadian seperti ini. Sampai2 adik ipar sengaja mampir SPBU untuk menumpang mandi. Baru saya sadari kalo "gembor2" iklan di tv yang mengajak kita untuk hemat air memang harus dilakukan. Sayapun iseng2 membaca artikel di google tentang krisis air, ternyata banyak PDAM yang mengalami krisis air karena kehabisan titik air yang mengakibatkan PDAM harus mencari titik-titik air yang lain untuk memenuhi kebutuhan warga. Ketersediaan air bersih menipis sedangkan permintaan banyak.

Tentu saja bukan hanya saya dan warga semarang timur khususnya daerah kedungmundu yang mengalami krisis air. Pastinya ada daerah lain yang juga lebih kesusahan untuk mendapatkan air bersih, misalnya di Papua sana. Pastinya kita pernah dengar slogan "air su dekat" di iklan TV kan. Gak usah jauh2 mpe Papua, tempat alm mbahlek saya di Purwodadi, setiap hari diharuskan membeli air. Setiap hari loh. Pernah sekali saya bersilaturahmi sebentar ke rumah alm mbahlek. Menuju kamar mandi untuk "panggilan alam" harus keliling desa dulu mengetuk pintu setiap rumah untuk numpang "panggilan alam" karena alm mbahlek saya pada hari itu kehabisan air. Kalo siang mah gak masalah, lha kalo tengah malam pa yo harus pake acara ketok pintu rumah semua tetangga. Gak nyaman banget kan.

Jadi, yuk kita mulai berhemat air dari sekarang meski tidak merasakan dampak dari krisis air seperti saya. Berhemat air juga berarti mengurangi konsumsi penggunaan air tanah yang berpotensi mengakibatkan penurunan permukaan tanah.

You May Also Like

8 komentar

  1. iya seringkali kita itu boros mengunakan air, aku suka miris kl lihat org buang2 air gak puguh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Parahnya lagi, udah merasa boros tp masa bodo...

      Hapus
  2. Sukaaakkkkk
    So semangat menggunakan air sebermanfaat mungkin ya Mbk.
    😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak... Jangan menunggu merasakan krisis air dulu baru nyadar...

      Hapus
  3. Iya mbak, jangan kan di Semarang saya pun kalau musim panas dulu di area Depok air tu kyknya mengalir kecil gtu. Emang kalau apa2 tu ya seperlunya aja ya TFS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bethul mbak.. kalo bukan dari diri sendiri siapa lagi cobak..

      Hapus
  4. aku sebel banget sih kalau liat orang buang-buang air dengan seenaknya. seharusnya kita memanfaatkan air sebaik mungkin, jangan sampai ada krisis dulu baru sadar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemaren saya fokusnya malah ke kebersihan, misalkan buang sampah pada tempatnya, mengurangi konsumsi plastik.. dan baru nyadar airpun harus dijaga juga.. memang kita harus menjaga bumi kita ini yak.

      Hapus